Monday, May 2, 2016

KerberAgamaan Yang Beku!!

KerberAgamaan Yang Beku!!

Akhir-akhir ini terdapat kelompok yang besar(majoriti/jumhur) yang berpandangan dengan kefahamannya sendiri. Akibatnya, masyarakat akan terperangkap dalam kepalsuan (instutisionalised ignorance)yang tidak boleh dipertanyakan kembali tentang hakikatnya.

Jika ianya berterusan maka masyarakat tidak akan pernah mengalami pendewasaan dalam kehidupan serta sulit untuk menguruskan diri mereka dengan berbagai persoalan yang menghalangnya.

Hasil kajian didapati berlakunya 'instutisionalized ignorance' tersebut disebabkan oleh pembatasan ruang bagi berkembangnya kritisisme dlm masyarakat. Hal ini menimbulkan apa yang dapat difikirkan (thinkable) dan apa yang tidak dapat difikirkan (unthought) dalam kehidupan ini.

Dalam situasi itu, idea, nilai, pencerahan, dll. seolah2 seperti  dibuang atau ditolak sehingga suara-suara dan bakat-bakat yang kreatif diabaikan atau harus ditolak.

Pada masa yang sama, idea-idea majoriti/jumhur(hegemonic)disebarkan dan dijadikan satu-satunya kebenaran yang tidak boleh dilawan, atau dibantah. Konstruk kehidupan dipolakan dalam suatu kerangka pemahaman ketat yang tidak memberikan ruang sedikit pun untuk terjadinya dialog yang kreatif. Pemikiran tersebut hanya dapat memberi cuma satu pilihan, yaitu harus diterima, dan tidak boleh diperbincangkan atau diperdebatkan.

Kondisi seperti itu membuat masyarakat dipaksa untuk menerima akal 'hegemonic' tersebut sebagai sesuatu yang 'given'. Lama kelamaan jika hal tersebut berlanjutan, maka masyarakat –sedar atau tidak sedar –akan menganggap hal tersebut sebagai semacam suatu ajaran yang harus dijalani, dituruti, dan tidak boleh dipertanyakan lagi dari berbagai dimensinya, ontologi, epistemologi, dan aksiologi.

Pembungkaman tersebut akan melahirkan suatu masyarakat yang tidak mampu melihat kehidupan –politik, pemahaman agama, dan pengetahuan –secara rasional dan kritis. Mereka tidak terbiasa lagi untuk memilih antara kebenaran Tuhan yang absolute dengan pemahaman manusia yang nisbi, sehingga akhirnya masyarakat tidak pernah memperoleh kesempatan untuk mengembangkan pemikiran-pemikiran alternatif yang kreatif.

Justru mereka hanya dihadapkan kepada pola pandang yang dikotomis(dua perkara berbeza yg sulit utk disatukan): benar-salah, haq-bid`ah, legal-subversif, dan sebagainya. Segala sesuatu yang sesuai dan sejalan dengan "MAINSTREAM" maka pandangan itulah dikira benar, haq, dan legal. Sedangkan pandangan yang berbeza diyakini sesat, salah, dan subversif.

Situasi tersebut tentunya akan menciptakan kehidupan yang tidak mahu berfikir atau berwawasan.

Agama yang pada dasarnya bersifat universal, rasional dan dinamik berkembang menjadi 'keberAgamaan' yang beku.

Admin

No comments:

Post a Comment