Tuesday, May 10, 2016

CINTA IBLIS

CINTA IBLIS.

Memperjuangkan cinta memang tidak semudah yang dibayangkan. Apalagi cinta kepada Tuhan. Ada harga yang harus dibayar, jiwa yang harus digadaikan. Hingga nyawa jua harus dikorbankan.

Nabi Ibrahim as berdoa dan meminta kepada Allah swt agar diberi anak keturunan. Allah mengabulkan dgn memberi Ismail as. Allah swt menguji apakah kemunculan Ismail as itu menjejaskan cinta Ibrahim pada-Nya? Penyembelihan pun diperintahkan. Ujian yang sangat sulit kerana Ismail as sebagai anak, satu-satunya.

Namun Ibrahim as menyakinkan bahwa cintanya pada Allah memang tiada bandingan. Meskipun dia mencintai Ismail, kedudukan cinta tersebut tidak sama sekali menghalangi cintanya pada Allah swt.

Ujian cinta begini tidak akan pernah kita temukan dalam kisah-kisah percintaan antara manusia.

Sebelum Adam diciptakan, Iblis telah mengabdikan serta mencintai Allah. Tanpa berhenti Iblis melakukan ibadah kepada Allah. Dia buktikan bahwa cinta yang ia miliki benar-benar satu dan tiada lain hanya untuk Allah swt.

Setelah Adam diciptakan, Allah lalu memerintahkan Iblis untuk sujud kepada Adam. Meski hanya bermakna penghormatan, Iblis tidak rela. Iblis menolak bersujud kerana ketetapan hati yang sudah lama dia pegang; hanya Allah-lah satu-satunya Dzat yang pantas ia sembah.

Keteguhan prinsip ini yang mendorong Iblis dengan terang-terangan menolak perintah Allah. Perintah yang seharusnya tak ditolaknya sekaligus perintah tak pernah diterima batinnya. Perintah yang sama sekali tidak terbayangkan beratnya; perintah sang kekasih untuk bersujud kepada mahluk, dzat selain Dia. Kes ini sama dengan seorang suami yang memerintahkan istrinya untuk mencintai laki-laki lain. Bagi Iblis, meskipun perintah tersebut datang dari Allah, ya harus ditolak.

Tauhid murni yang dimiliki Iblis tak lain adalah melahirkan kecintaannya yang begitu dalam kepada Allah swt.

Iblis sebenarnya sedang melakukan usaha agar penolakannya dapat dimaklumi oleh Allah, sang kekasih. Meskipun pada akhirnya dicap durhaka. Namun Allah masih mengabulkan permintaan Iblis untuk hidup hingga hari kiamat.

Seakan-akan ada tanda tersirat bahwa kecintaan yang murni mesti abadi dan Iblis harus hidup hingga kiamat; pertama agar manusia belajar dari kisahnya untuk menjaga diri dari kesombongan dan kedurhakaan, yang kedua untuk mengabadikan lambang cinta abadi Iblis kepada Allah. Dan Allah pun tahu itu.

Ada dua bentuk perasaan cinta seorang hamba kepada Tuhannya: Ibrahim mengabdikan diri, melaksanakan seluruh perintah-Nya tanpa bertanya. Mengangguk iya meskipun pada dasarnya ada pergolakan batin yang terjadi dalam hatinya. Sedangkan Iblis justru mengekspresikan cintanya dalam bentuk penolakan sujud kepada Adam. Berani mengambil risiko dan menerima akibat demi kemurnian serta kebeningan cinta yang dia miliki.

Ibrahim dengan cinta afirmatifnya dan Iblis dengan cinta negatifnya.

Kita pun harus belajar dan menetapi bahwa tauhid pada hakikatnya adalah modal untuk membangun perasaan cinta kita kepada Allah. Baik Ibrahim maupun Iblis merupakan contoh yang sama-sama baik dalam mengungkapkan cintanya pada Allah.
Bolehkah kita kata *Iblis tidak taat perintah Allah demi kecintaannya yg tinggi kpd Allah*

Bagaimana pula dgn *manusia* yg tidak taat kpd Allah demi _kecintaannya_ yg tinggi kpd harta, pangkat dan sebagainya???

admin

No comments:

Post a Comment