Sunday, April 24, 2016

AGAMA LANGIT

AGAMA LANGIT

Perkataan 'agama langit' sudah tidak asing bagi kita semua. Ianya bermaksud agama Islam yg benar datang dari Allah swt.

Selain dari agama langit semuanya dikira terbatal kerana ianya dikatakan tidak datang dari Allah swt. Fahaman seperti ini seolah2 memisahkan agama  dari elemen tradisi/budaya manusia dlm kehidupan duniawi.

Adakah fahaman ini benar?

Sebenarnya pengaruh bumi/dunia ini amat besar dlm penurunan wahyu/quran. Wahyu Allah swt kpd Nabi saw itu mengandungi juga elemen-elemen bumi. Sebagai contoh, pengaruh bumi Arab di dlm Quran seperti gambaran syurga didalam Quran sebagai 'kebun' (jannah) di mana sungai mengalir deras di bawahnya (QS 2:25, 3:15, 4:13,10:9), di mana laki-laki boleh menikmati isteri-isteri yang suci (azwaj mutahharah; QS 2:25, 3:15, 4: 57), di mana laki-laki muda yang kacak seperti mutiara yang tersembunyi (ghilman ka’annahum lu’lu’ maknun; QS 52:24) menjadi pelayan.

Bagi masyarakat padang pasir pula, jika disebut 'kebun' merupakan puncak kenikmatan yang bukan main. Ini memperlihatkan bahwa apa yang disebut agama langit tidak boleh dipisahkan dari konteks bumi. Langit dan bumi saling berhubungan.

Jika pun kita terima bahwa wahyu(quran) benar-benar berasal sepenuhnya dari langit, tetapi amat jelas urusannya tidaklah berhenti di sana. Setelah wahyu 'turun' dari langit, dimulailah proses berikutnya yang jauh lebih penting, iaitu penafsiran manusia utk dilaksanakan dibumi atas wahyu tersebut.

Sebagaiman pernah dikatakan oleh Ali ibn Abi Talib, khalifah keempat yang dikenal sebagai cendekiawan itu, wahyu yang dicatit dalam buku yang disebut 'mushaf' (codex) tidak boleh berbicara sendiri (la yanthiq). Supaya wahyu dapat berbunyi, perlu orang-orang yang menafsirkannya(para Rasul/Nabi); perlu masyarakat penafsir. Orang-orang itu jelas ada di bumi, bukan di langit. Penafsiran juga jelas bersifat utk org2 dibumi dan bukan dilangit.

Untuk itu renunglah ayat 30 di dalam surah Ar-Rum.

فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚفِطْرَتَ الَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ۚلَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ الَّهِ ۚذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,

No comments:

Post a Comment